Penambangan uang Kripto alias cryptocurrency mining menuai banyak kritikan lantaran meningkatkan pencemaran lingkungan dengan mengkonsumsi listrik yang besar dari energi fosil.
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi seorang pria Inggris yang bernama Philip Hughes.
Ia menambang uang Kripto di peternakan keluarganya yang berada di dekat pegunungan Berwyn (tak jauh dari Taman Nasional Snowdonia, Denbighshire, Wales).
Di dalam penambangan tersebut, ia ternyata menggunakan listrik yang dihasilkan dari kotoran sapi.
Di peternakan itu ada 6 silinder besar yang bekerja pada 500 rpm untuk mengubah metana yang dilepaskan dari kotoran sapi dan menguraikannya untuk menjadi listrik
Proses itu dikenal dengan sebutan pencernaan anaerobik, sehingga ramah terhadap lingkungan.
Dilansir dari BBC International pada Kamis (10/06/2021), sekitar dua pertiga listrik yang dihasilkan pencernaan anaerobik dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian.
Sedangkan sisanya dimanfaatkan untuk memberikan daya kepada rig penambangan uang Kripto dan komputer khusus seukuran koper.
Philip Hughes mengaku bahwa saat ini ia tengah rajin-rajinnya menambang Ethereum, hingga mampu memperoleh penghasilan yang besar dari aktivitas itu.
Namun, hal itu sangat tergantung pada hari apa Anda mengajukan pertanyaan," ungkapnya mengacu pada volatilitas dari nilai uang Kripto.
Nilai Ethereum sendiri sempat menyentuh 4.000 Dolar AS atau setara dengan Rp57 juta per koin.
Namun, kini nilainya turun di kisaran 2.400 Dolar AS atau senilai dengan Rp34 juta per koin.
Konsumsi listrik untuk menambang Ethereum sendiri lebih rendah daripada untuk menambang Bitcoin.
Philip Hughes juga mulai menyewakan fasilitas energi yang sudah terbarukan itu.
Untuk menyewanya, dibutuhkan biaya sekitar 18.000 Pound sterling atau setara Rp362 juta, di mana setiap _rig akan diisi dengan banyak kartu grafis komputer yang amat kuat.
Jika di dataran Wales ada si jenius Philip Hughes, maka lain halnya dengan yang terjadi di China baru-baru ini.
Dikutip dari Reuters, polisi China sudah menangkap lebih dari 170 kelompok kriminal pada Rabu (09/06/2021) sore lalu.
"Pencuci uang menagih klien kriminal mereka komisi 1,5% hingga 5% untuk mengubah hasil ilegal menjadi mata uang virtual melalui pertukaran Kripto," ungkap Kementerian Keamanan Publik melalui akun WeChat resminya pada Kamis (10/06/2021).
Dengan penangkapan lebih dari 170 kelompok kriminal, berarti polisi di China telah menangkap lebih dari 1.100 orang yang dicurigai terkait dengan pencucian uang menggunakan cryptocurrency.
Kementerian juga mengatakan bahwa mereka menukar uang ilegal yang dihasilkan dari penipuan lewat telepon dan internet.
Ya, yang terjadi di China belum lama ini malah merupakan tindakan kriminal yang melibatkan mata uang Kripto.
Penangkapan tersebut terjadi ketika pihak China melayangkan larangan keras terhadap perdagangan cryptocurrency.
Pada bulan lalu, 3 badan industri China telah melarang layanan keuangan dan pembayaran terkait Bitcoin, dan kawan-kawan.
Dewan Negara, kabinet China, juga berjanji untuk menekan penambangan dan perdagangan.
Asosiasi Pembayaran & Kliring China pun mengatakan bahwa akhir-akhir ini jumlah kejahatan yang melibatkan penggunaan mata uang virtual tengah meningkat.
"Mereka semakin menjadi saluran penting untuk pencucian uang lintas batas (karena mata uang kripto bersifat anonim, nyaman dan bersifat global)," jelas pihak asosiasi tersebut.
Cryptocurrency sendiri telah menjadi alat pembayaran yang populer di dalam aktivitas perjudian ilegal.
Hampir 13% dari situs perjudian mendukung penggunaan mata uang virtual, sementara teknologi blockchain telah mempersulit pihak berwenang untuk melacak peredaran uang tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar